JAKARTA-Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Siti Nikmatin meriset pengolahan limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Hasilnya mulai dari inovasi rayon viskosa (kapas buatan) sebagai bahan baku industri mode hingga sepatu dan kain tenun.
“Selulosa alam yang Allah ciptakan melalui proses fotosintesis terbaik ada di kapas, namun tidak bisa mencukupi kebutuhan manusia. Oleh sebab itu pasar industri tekstil mencari alternatif, misalnya dari eucalyptus, akasia, bambu dan limbah polimer sintetis,” kata Siti dalam keterangannya, dikutip Senin (6/2/2023).
“Inovasi yang telah dibuktikan adalah dengan menjadikan limbah tandan sawit menjadi rayon viskosa sebagai bahan baku benang dan kain untuk tekstil,” imbuhnya.
Sabut Kelapa Sawit
Siti menjelaskan, Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Ia mencatat, data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan bahwa produksi minyak sawit Indonesia pada tahun 2018 mencapai 47 juta ton.
Karena produksi minyak sawit tinggi, maka limbah pabrik kelapa sawit yang harus dikelola jadi tambah banyak. Nah, salah satu limbah padatnya adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS).
Limbah tandan kosong kelapa sawit adalah hasil samping dari proses produksi minyak kelapa sawit. Siti menuturkan, umumnya, limbah tandan sawit ini dikumpulkan di area sekitar pabrik, dibakar, atau ditebarkan ke area perkebunan sebagai pupuk.
Di sisi lain, biomassa tandan kelapa sawit sangat melimpah, hampir 23 persen dari produksi Crude Palm Oil (CPO). Keberadaan limbah tandan kosong kelapa sawit inilah yang mendorong Dosen Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPIMA) IPB University tersebut untuk menelitinya lebih lanjut.
Limbah Kelapa Sawit Kaya Potensi Manfaat
Siti menuturkan, pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit selama ini sudah dilakukan, tetapi butuh diversifikasi produk untuk menaikkan nilai tambahnya.
Ia pun memilih untuk menilik pemanfaatannya di bidang fashion karena melihat kebutuhan sandang yang merupakan kebutuhan primer manusia dengan penggunaan sangat luas.
Siti menjelaskan, pemenuhan kapas sebagai bahan baku fashion terbaik didominasi hasil impor. Karena itu, Indonesia butuh inovasi alternatif sumber bahan baku lain untuk dunia fashion.
Berangkat dari pemikiran ini, penelitian Siti yang didanai Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS) berlanjut dengan pemberdayaan kelompok tani di desa Wirajaya, Kabupaten Bogor dan Balai Besar Pulp dan Kertas (BPPK) Bandung.
Hasilnya, limbah tandan kosong kelapa sawit disulap masuk ke industri mode dalam rupa benang pilin, kain tenun, sepatu, tas, hingga topi.
“Keterlibatan masyarakat desa dan mitra Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sehingga TKKS dapat diubah menjadi benang pilin, kain tenun yang menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan produk fashion (tas, sepatu, topi dan lain-lain). Sementara itu kerjasama dengan mitra riset dapat mengolah TKKS menjadi staple (bahan pokok) rayon viskosa (kapas buatan) dengan metode wet spinning,” jelas Siti.
Siti menambahkan, potensi limbah tandan kosong kelapa sawit juga bisa digunakan dalam pembuatan filler biokomposit, co-firing, biobriket, hingga aksesoris bangunan. Potensi ini menurutnya dapat terus diriset dari hulu hingga industrialisasi produk sehingga keilmuannya bermanfaat bagi masyarakat.
“Produk limbah kelapa sawit ini selalu ada dan berkelanjutan. Oleh sebab itu jika ini dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki daya saing, maka itu tepat,” pungkas Siti.