Pakar: Asetil selulosa tandan sawit bisa menjadi bahan baku plastik

Bandarlampung – Guru Besar Bidang Ilmu Kimia Organik Sintetis F-MIPA Universitas Lampung (Unila) Prof Suripto Dwi Yuwono menjelaskan produksi asetil selulosa dari limbah tandan kosong kelapa sawit dapat menjadi alternatif bahan baku plastik ramah lingkungan.

“Upaya ini mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang tak terbarukan,” kata dia pada orasi ilmiah pengukuhan Guru Besar Unila di Bandarlampung, Senin.

Apalagi, lanjutnya, limbah yang melimpah menyimpan potensi besar yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Sebagai bahan lignoselulosa, kata dia, tandan kosong kelapa sawit menjadi sumber bahan baku yang relatif terjangkau untuk produksi selulosa asetat, atau yang lebih dikenal sebagai asetil selulosa.

“Upaya kita dalam meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam terbarukan ini diwujudkan melalui proses asetilasi selulosa yang dihasilkan dari tandan kosong kelapa sawit dengan beragam metode yang telah dikembangkan,” kata Wakil Rektor Unila Bidang Akademik itu.

Ia melanjutkan proses asetilasi tersebut telah dikembangkan, termasuk analisis termogravimetri, spektroskopi inframerah transformasi Fourier, serta difraksi sinar-X.

“Melalui penelitian ini, menemukan bahwa asetil selulosa yang dihasilkan memiliki karakteristik yang sebanding dengan asetil selulosa berbasis kapas,” katanya.

Baca Juga:  Pemerintah dan Gapki Dorong Petani Sawit Lebih Aktif dalam Proyek Swasembada Energi

Ia pun menjelaskan tingkat substansi yang dicapai pun meningkat dari 1,86 menjadi 2,60 suatu pencapaian yang signifikan dalam pengembangan bahan berkelanjutan

Pada orasi llmiah berjudul “Modifikasi Selulosa: Limbah Pertanian Menjadi Manfaat”, Prof Suripto menambahkan karya ilmiahnya memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar inovasi ilmiah, yaitu mengendalikan dan memanfaatkan limbah pertanian yang ada.

“Transformasi selulosa dalam tandan kosong kelapa sawit menjadi asetil selulosa ini menjadi bukti bahwa dengan pendekatan yang tepat, kita bisa menghasilkan produk dengan kualitas yang setara dengan yang berbasis kapas, namun dari sumber yang lebih murah dan melimpah,” ucapnya.

Melalui instrumen FTIR, XRD, dan TGA, ia dapat membuktikan bahwa proses asetilasi selulosa dari tandan kosong kelapa sawit berjalan sukses.

“Derajat substitusi yang mencapai angka 2,6 ini membuktikan bahwa limbah pertanian yang sering kali dianggap masalah, kini bisa menjadi solusi yang berkelanjutan,” katanya. (Antaranews.com)

Bagikan:

Informasi Terkait
Populer
DSC02568 - Copy
Aspekpir Indonesia Gelar Rakernas 2025. Bahas Kemitraan Strategis Inti Plasma, PSR, Sarpras dan Beasiswa.
peta indonesia
Dewan Pengurus Daerah Tingkat II Aspekpir Indonesia
MUSDA RIAU
Dewan Pengurus Daerah Tingkat I Aspekpir Indonesia Provinsi Riau
73852451p
Peraturan Menteri Pertanian No.26 tahun 2007 tentang Padoman Perizinan Usaha Perkebunan
Terbaru
PAJAKKK
Bersama BPDP dan Didukung UIR, Aspekpir Gelar Praktik Pembuatan Laporan Keuangan dan Pajak bagi UMKM di Riau
AHD09173
Bisnis Forum Kemitraan Sawit 2025 di Pekanbaru, Riau. Hasilkan Tiga MoU Strategis Dalam Bisnis Sawit Berkelanjutan
BIOCHAR2
Setelah di Kampar dan Rohul, Kolaborasi Aspekpir - BPDP Ajak Petani PIR Pelalawan Kembangkan Biochar
annasa_-_kebun_sawit_3_1724830674 (1)
Harga CPO Tembus 4.200 Ringgit, Saham Sawit TAPG hingga AALI Memanas